Deskripsi
ISBN: 978-623-9987-42-8
Ditulis oleh Yosie Amalia
Diilustrasikan oleh Violita Yulpha
Hardcover | 32 pages | 250 x 260 mm |
Rp130.000
Mima merasa bosan dan kesepian. Sejak pandemi, ia tidak bisa lagi bermain bebas bersama teman-temannya di luar rumah. Ayah dan ibunya pun selalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Bersama dengan Oren, Mima berusaha untuk menghiasi harinya agar lebih menyenangkan. Namun, semua rencananya ternyata tidak berjalan sesuai harapannya. Bagaimana perasaan Mima?
Buku cerita tentang saling menghargai dan memahami perasaan. Untuk pembaca cilik mulai usia 4 tahun ke atas.
ISBN: 978-623-9987-42-8
Ditulis oleh Yosie Amalia
Diilustrasikan oleh Violita Yulpha
Hardcover | 32 pages | 250 x 260 mm |
Berat | 1 kg |
---|
Sri Purnamasari –
Judul buku: Perasaan Mima
Penulis: Yosie Amalia @yosieamalia_
Ilustrator: Violita Yulpha @violitayulpha
Penerbit: @penerbitbig
Hardcover | 32 pages | 250 x 260 mm
ISBN: 978-623-9987-42-8
PENGENALAN EMOSI
Buku ini direkomendasikan untuk anak 4tahun ke atas yang sedang belajar mengenal emosi.
Kisah seorang anak bernama Mima yang tinggal di apartemen. Terbatas kehidupan sosialnya akibat pandemi melanda. Di sini penulis dapat menggambarkan kesedihan seorang anak yang tidak bisa bepergian dan bermain dengan teman-temannya lagi. Hal ini tentu mempengaruhi kesehatan mental mereka. Seharusnya anak-anak membutuhkan kebebasan bermain di luar dan berteman dengan teman sebayanya, tetapi tidak bisa lagi karena pandemi COVID 19.
Ini adalah kisah seorang anak yang mengalami suatu perasaan tidak mengenakkan, kecewa dan rindu yang bercampur aduk. Perasaan kecewa itu wajar dan boleh sekali dirasakan, tetapi bagaimana ya cara Mima mengatasi perasaannya?
Hal ini bisa menjadi bahan diskusi dengan orang tua agar anak dapat mengenali dan menceritakan perasaan mereka. Apa sih yang anak-anak rasakan selama pandemi ini? Bagaimana cara mereka mengatasi perasaan itu? Apa yang orang tua lakukan agar anak-anak tetap dapat bahagia walau di rumah saja?
Saya pun terenyuh dan terhanyut emosi Mima hanya dengan melihat mikro ekspresi wajah yang dilukiskan apik oleh ilustrator. Terbayangkan bagaimana sedihnya anak ketika dia sudah sangat semangat menunjukkan hasil karyanya untuk diberikan kepada orang tuanya, tetapi di tolak karena orang tuanya sibuk bekerja padahal bekerja di rumah. Ini teguran sih buat saya selaku orang tua, untuk sejenak memberi apresiasi atas segala yang mereka lakukan dan sejenak meninggalkan pekerjaan hanya untuk berinteraksi singkat.
Mari kita lakukan interaksi yang bermakna dan menyenangkan, beri sentuhan hangat dan senyuman manis kepada anak.
Inilah pesan yang saya tangkap dari buku ini.
Sudah membeli buku ini? Cuss sharing juga apa sih yang kamu dapat dari buku ini? Apa hasil diskusi bersama anak terkait perasaan mereka?
Luri Adriani –
Mima adalah anak yang aktif dan periang. Saat ayah dan ibunya bekerja, Mima dititipkan di tempat bermain dan belajar yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggalnya. Namun, dikarenakan pandemi semua berubah. Mima tidak bisa beraktivitas di luar, ayah dan ibu harus bekerja dari rumah. Mima merasa bosan, sedangkan ayah dan ibu sibuk bekerja. Mima dan Oren (kucing kesayangannya) berusaha untuk membuat hari lebih menyenangkan. Apa yang mereka lakukan? Apakah akan berhasil?
Buku tentang regulasi emosi seorang anak, yang mempunyai perasaan bahagia, sedih, kecewa, bahkan marah.
Part yang paling mengena adalah saat Mima memberikan sesuatu kepada ayah dan ibunya, tetapi di tolak karena mereka masih sibuk bekerja. Walaupun ekspresi Mima yang di gambarkan ilustrator tidak terlihat, tetapi melalui hubungan cerita yang ditulis oleh penulis dan ilustrasi yang ditampilkan ilustrator, para pembaca bisa mengetahui perasaan Mima pada saat itu. Bagian ini seperti teguran buat para orangtua pembaca.
Bukan sekedar buku anak, buku ini juga mengajarkan orang tua, bahwa sesibuk apapun saat anak menunjukkan sebuah karya atau membutuhkan kita, alangkah baiknya mereka diapresiasi. Dengan memberi perhatian penuh pada saat itu. Tetapi dalam prakteknya, orangtua sering lupa dan mengabaikan.